Kesenian Singo Ulung itu sendiri, akan tampil dalam dua bentuk. Pertama sebagai kesenian arak-arakan yang dinamakan Singo Ulung Kenong Telo’ yang akan mengiringi pembukaan GSBD Jumat sore. Jenis kesenian ini biasanya disajikan untuk sebuah hajatan. Sedangkan bentuk kedua berupa seni pertunjukan panggung bernama Ronteg Singo Ulung yang dipentaskan Sabtu malam (15/11) sebagai penutup dan acara pamungkas.
Timbulnya seni pertunjukan ini berangkat dari sebuah cerita rakyat Desa Blimbing, Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso. Seni pertunjukan ini menggambarkan seorang Demang yang sakti mandraguna bernama “Juk Seng”. Karena kesaktiannya dia mampu bersahabat dengan hewan, termasuk Singa. Dalam tiap pertempuran, Juk Seng selalu meminta bantuan Singa sehingga selalu memperoleh kemenangan. Berawal dari cerita rakyat tersebut, maka lahirnya seni pertunjukan Ronteg Singo Ulung.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Provinsi Jawa Timur, Dr. Jarianto, M.Si, menyatakan bahwa Kabupaten Bondowoso memang dikenal memiliki potensi seni budaya yang unik dan memesona. Selain Singo Ulung, juga ada yang bernama Pojian, yaitu Musik Mulut yang menyajikan ucapan-ucapan bersahut-sahutan dalam satu rangkaian doa.
Ceritanya mengisahkan tentang kejadian-kejadian alam seperti wabah penyakit, hama tanaman, dan kekeringan. Maka Pojian adalah juga bermakna ungkapan doa masyarakat untuk menolak bala, mengusir wabah penyakit, menghalau binatang buas dan juga untuk mendatangkan hujan.
Masih ada dua tarian khas Bondowoso yang tampil dalam acara ini, yaitu Tari Mamoji dan Tari Totta Dha’ra. Mamoji adalah tarian yang menggambarkan rasa bangga dan syukur terhadap sang pencipta alam semesta atas keselamatan, kesehatan dan rejeki serta ekspresi doa untuk mengusir roh jahat yang sering mengganggu ketentraman dan ketenangan.
Sedangkan Tari Totta Dha’ra melambangkan kesucian yang mampu mengusir aura jahat yang datangnya dari manusia ataupun hewan liar yang suka merusak tanaman. Tarian ini menggunakan properti burung dara dalam sangkar sebagai sarana membuang segala balak dan rasa kasih sayang.
Masih juga belum puas memamerkan potensi seni budayanya, kali ini Kabupaten Bondowoso juga menampilkan pertunjukan Drama Tari “Raden Reksojoyo Wisudo” pada Jumat malam. Pertunjukan ini mengisahkan pertarungan Reksojoyo melawan Jasimantoro memperebutkan wilayah hutan Bondowoso. Reksojoyo berhasil mengalahkan Jasimantoro berkat bantuan sahabatnya yang berwujud Singa. Selanjutnya, mereka bersatu membabat hutan dan membentuk Pemerintahan/Kademangan. Karena hutan tersebut banyak pohon Blimbingnya, maka Pemerintahannya disebut Kademangan Blimbing Anom tepatnya di Bondowoso ujung timur. Selanjutnya R. Reksojoyo dinobatkan sebagai Demang berjuluk Ju’ Seng (Ju’ Singo).
Dalam rangkaian GSBD ini juga diadakan Lomba Menghias Celengan (Sabtu pagi, 15/11), pemutaran informasi produk unggulan, pameran kerajinan dan bazaar kuliner.
Informasi: Taman Budaya Jawa Timur, telp: 031 534 2128. (*)
Costumnya untuk di gunakan berapa orang, mohon informasinya terima kasih gan