Potensi Budaya Pacitan Dipindah ke Surabaya

Segenap potensi seni budaya Pacitan bakal diusung ke Surabaya dalam acara Gelar Seni Budaya Daerah (GSB) di Taman Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya tanggal 15-17 April 2011. Beragam acara yang ditampilkan adalah tarian tradisi, musik, upacara adat, pameran dan demo kerajinan (termasuk potensi batu akik), batik Pacitan, serta berbagai kuliner khas Pacitan, dan juga seminar mengenai pemberdayaan potensi seni budaya Pacitan.

Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur, Sukatno, S.Sn, menjelaskan, bahwa program promosi dan unjuk kreasi seni budaya Pacitan ini merupakan yang pertama dari enam kabupaten yang direncanakan selama tahun 2011. Tujuannya, untuk memperkenalkan potensi seni budaya kabupaten Pacitan di Surabaya sebagai ibukota propinsi Jawa Timur, mempertemukan kalangan pengisi acara dan jajarannya sebagai pihak sellers (penjual) dan buyers (pembeli) dari kalangan pengunjung dalam kepentingan dunia usaha berbasis seni budaya. Disamping itu juga sebagai sarana mempererat tali silaturahim warga Pacitan yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya.

Dalam acara yang juga menggandeng Paguyuban Warga Pacitan (PWP) di Surabaya ini, dimulai hari Jumat, pukul 15.00, menampilkan Tari Eklek, Tari Orek-orek, Musik Oglor, Tari Bambangan Cakil, Tari Kethek Ogleng dan disemarakkan oleh berbagai tarian suguhan Taman Budaya Jatim sendiri.

Tari Kethek Ogleng adalah varian dari Cerita Panji yang melukiskan kisah Dewi Sekartaji, putri Raja Kadiri, yang berkelana mencari kekasihnya, yang ternyata juga menyamar menjadi seekor kera. Tari Eklek, menggambarkan keseharian masyarakat pedesaan dalam menggembala ternak. Tari Bambangan Cakil, merupakan fragmen (pethilan) wayang orang yang menggambarkan kstaria Raden Harjuna menumpas angkara murka. Sedangkan Musik Oglor yaitu musik Islami sebagaimana shalawatan dengan iringan terbang (rebana) dan kendang dengan alunan vokal yang tinggi.

Hari Kedua, Sabtu, disajikan lomba lukis dan mewarnai Wayang Beber, seminar pemberdayaan wisata budaya yang digelar pukul 13.00, dengan narasumber Kepala Disbudpar Jatim, Kepala Disparbudpora Pacitan, Dwi Cahyono (East Java Tourism Board) dan Himawan dari pengamat seni batu mulia. Malam harinya, digelar wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Winarto dari Magetan.

Puncak acara dilakukan hari Minggu, sejak pukul 06.00 ditandai dengan jalan sehat bersama, disusul upacara adat Pacitan, yaitu Ceprotan, musik campursari, dan bazaar murah. Ceprotan ini merupakan upacara adat khas Pacitan, asalnya dari Kediri, yang sudah dikemas menjadi atraksi wisata. Bentuknya berupa arak-arakan dengan mengusung sejumlah kelapa muda (cengkir) yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi lunak. Cengkir inilah yang nantinya dilempar-lemparkan antar-peserta arak-arakan sehingga nyeprot (pecah).

Di desa asalnya, Donorojo, upacara Ceprotan ini merupakan ritual bersih desa yang diakukan pada hari Ahad atau Senin di Bulan Dzulqo’dah, atau bulan Longkang menurut Kalender Jawa. Tradisi yang sudah berlangsung setiap tahun ini bahkan sering dilombakan dalam festival seni di Kabupaten Pacitan. (*)

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Taman Budaya Jawa Timur
Jalan Gentengkali 85 Surabaya
Telp: 031 534 2128
HP : Kasi Pengembangan (Lilis Sukartini): 0813 3004 8831

Tinggalkan komentar